Bisnis Dahsyat tanpa modal

Pages

Januari 11, 2010

Senam Otak Memperlambat Kepikunan

Menjadi tua merupakan anugerah. Itu artinya Tuhan memberi kepercayaan pada diri kita untuk menikmati hidup lebih panjang. Namun, anugerah yang sangat luar biasa itu tak akan berarti apa-apa jika harus dilalui dengan kepikunan (dimensia) yang kini makin melanda kalangan tua, tidak saja di Indonesia tetapi juga masyarakat dunia. Padahal, kepikunan itu bisa diperlambat loh!

Menurut Menteri Kesehatan, dr Achmad Sujudi, kepikunan bisa diperlambat dengan menerapkan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan bergizi, rajin berolahraga, tidak stress, cukup istirahat dan tidak merokok. Upaya itu harus dilakukan sejak dini, sehingga sel-sel dalam tubuh tetap dinamis dan sehat.

"Dengan pola hidup yang sehat sejak muda, ketika ia memasuki hari tua tidak segera mengalami kepikunan dan masih dapat mandiri, bahkan produktif," kata dr Achmad Sujudi dalam sebuah seminar yang diselenggarakan Yayasan Pelita Usila, di Jakarta, Sabtu (15/5).

Ditambahkan Menkes, semua orang akan mengalami masa tua karena hal itu merupakan proses alam yang tidak dapat dihindari. Pada usia tersebut akan terjadi kemunduran sel-sel yang dapat mempengaruhi fungsi dan kemampuan sistem tubuh, termasuk syaraf, jantung dan pembuluh darah.

Saat ini jumlah penduduk usia lanjut (diatas 60 persen) sekitar 7 persen, namun angkanya diperkirakan akan meningkat terus yang mana pada tahun 2010 mendatang jumlahnya akan menyamai jumlah balita (dibawah usia 5 tahun) sekitar 11 persen atau 21 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan berdampak pada pengeluaran di bidang kesehatan, karena bertambahnya penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan di otak yaitu penyakit kepikunan.

"Masalah kepikunan perlu mendapat perhatian karena tercatat ada sekitar 15 persen penduduk lansia yang menderita penyakit itu. Angka ini sungguh di luar dugaan mengingat, selama ini kita hanya fokus pada penyakit-penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, reumatik, osteoporosis dan diabetes melitus atau kencing manis," katanya.

Hal senada dikemukakan pula dr Silvia F Lumempouw dari divisi Neurobehaviour FKUI/RSCM. Katanya, problema itu tidak saja dialami Indonesia tetapi juga negara-negara maju. Berdasarkan penelitian di Amerika dan Eropa Barat, menunjukkan, hampir sebagian besar kepikunan yang melanda kalangan tua di negara tersebut disebabkan penyakit Alzheimer, sedangkan kepikunan vaskuler akibat penyakit pembuluh darah di otak sebesar 20-30 persen. Di Jepang dan Cina, kondisi terjadi sebaliknya, kepikunan vaskuler justru angkanya tinggi mencapai 50-60 persen, dan sisanya akibat penyakit Alzheimer.

"Kepikunan bisa juga terjadi akibat cedera otak, infeksi otak, keracunan, kekurangan zat-zat nutrisi, gangguan oto-imun, gangguan metabolik dan endoktrin, stress, penyakit degenerasi otak seperti penyakit Pick, dimensia kortikobasal, palsi supranuklear progresif," ujarnya.

Menurut dr Silvia, kepikunan yang disebabkan penyakit degenerasi otak berlangsung secara lambat dan akan semakin memburuk. Sementara kepikunan yang disebabkan oleh faktor lain dapat dicegah perburukannya bila faktor risiko penyebabnya dapat diatasi. "Gangguan kongnitif pada kepikunan tergantung pada penyebab dan tingkat kerusakan di otak. Kondisi ini bisa menyebabkan perubahan tingkat laku mulai dari yang sederhana hingga mengganggu yang bisa menimbulkan kelelahan fisik bagi yang merawatnya," ucapnya.

Tentang Alzheimer, dr Silvia menjelaskan, jumlah penderitanya kini terus meningkat. Penyakit tersebut merupakan penyebab paling umum dari gangguan intelektual yang berat pada usia lanjut. Alzheimer dapat berlangsung progresif, gangguan yang tidak dapat membaik yang menyerang otak dan akibatnya kehilangan daya ingat, kebingungan, gangguan penilaian dan perubahan kepribadian.

"Saat ini penyebabnya belum diketahui, demikian pula pencegahan dan pengobatannya. Namun, telah ada kemajuan untuk mengurangi gejala itu dan memperbaiki fungsi kemampuan otak yang menurun serta perawatannya di rumah," tutur dr Silvia yang meminta segera berobat ke dokter bila ada salah stau keluarganya yang memiliki ciri-ciri jadi mudah lupa, kesulitan mengikuti perintah dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti berbelanja, memasak, gangguan penilaian, kebingungan, gelisah, mudah curiga, halusinasi suara, penglihatan dan penciuman serta kehilangan kemampuan untuk mengurus diri sendiri.

Senam Otak

Menurut dokter ahli saraf dari FKUI/ RSCM, dr Adre Mayza, ada sejumlah cara untuk memelihara dan menjaga kesehatan otak. Pertama, mempertahankan keutuhan struktur otak melalui olahraga. Karena melalui kegiatan olahraga akan tercapai suplai oxigen dan darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kedua, pentingnya mengkonsumsi nutrisi seimbang dan sejauh mungkin menghindari penyakit-penyakit yang terkait dengan gangguan otak.

"Keutuhan struktur otak saja tidak cukup untuk memelihara otak secara keseluruhan karena itak adalah organ yang fungsional. Bagaimana mengoptimalkan fungsi-fungsi otak, dengan cara memaksimalkan fungsi dasar dan fungsi luhur otaknya," katanya.

Bentuk kegiatan yang dapat memaksimalkan fungsi otak, disebutkan dr Adre Mayza, ada 3 kelas yang disesuaikan dengan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologi dan pemeriksaan neurologi khusus. Kelas A yang disebut Brain Learning yang ditujukan untuk orang-orang yang belum mengalami fungsi fisik dan fungsional otak.

Selain itu, ada kelas B Brain Exercise yang ditujukan kepada orang-orang yang mengalami salah satu gangguan dari fungsi dasar dan fungsi luhur. Sedangkan kelas C adalah Brain Rehabilitation yang ditujukan bagi orang-orang yang mengalami fungsi sosial.

Ia menilai perlunya para perempuan/ laki-laki paruh baya rajin melakukan kegiatan yang menyelaraskan gerak dan pernapasan. Gerakan-gerakan tersebut melibatkan berbagai fungsi orak yang bisa diambil dari tarian-tarian dari berbagai wilayah Nusantara. Selain itu, sering-sering pula menggunakan dan melibatkan fungsi dasar otak seperti fungsi gerak, rasa, menelan, mendengar, sistem pencernaan, pernafasan, peredaran darah/pembuangan.

Dan kegiatan yang tak kalah penting adalah bagaimana melibatkan fungsi luhur otak seperti berpikir, belajar, emosi, berbahasa dan berprilaku. Mengisi teka teki silang (TTS) merupakan salah satu cara menjaga daya ingat yang bisa dilakukan para lansia, selain juga menggambar maupun mendongeng. "Termasuk kegiatan-kegiatan yang memberi pendalaman spiritual sehingga hari tuanya bisa dijalaninya dengan lebih baik," tandasnya.

Sumber : Suara Karya